بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ
عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ ۞ اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوا
يَتَّقُوْنَۗ ۞ لَهُمُ الْبُشْرٰى فِي الْـحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِۗ
لَا تَبْدِيْلَ لِكَلِمٰتِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Bismillaahirrohmaanirroohim. Alaa inna
Auliyaa'alloohi laa khoufun ‘alaihim wa laahum yahzanuun. Alladziina aamanuu
wakaanuu yattaquun. Lahumul busyroo fil hayaatid dunyaa wa fiil
aakhiroh, laa tabdiila likalimaatillaah, dzaalika huwal fauzul ‘azhiim.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ،
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، وَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ
اَجْمَعِيْنَ ، اَمَّا بَعْدُ :
Bismillaahirrohmaanirroohim. Alhamdulillaahi
Robbil ‘aalamin, wal ‘aaqibatu lill Muttaqiin, walaa ‘udwaana illaa 'alazh
zhoolimiin, wash sholaatu was salaamu ‘alaa Sayidinaa Muhammadin wa ‘alaa
aalihii wa shohbihii ajma’iin, Ammaa ba’du:
Dengan menyebut Nama
Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Puji bagi Allah pencipta Semesta alam.
Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
berserta keluarganya, sahabatnya serta 'awliya Allah dan para pengikutnya
sampai hari akhir.
Ini sekelumit manaqib Sulthon
Awliya' Syaikh Abdul Qodir Al Jailani, kutipan dari
kitab "Uquudul LaAali Fii Manaaqibil Jayli" dan
kitab "Tafriihul Khootir Fii Manaaqibisy Syaikhi Abdul
Qodir", semoga dengan diperingati dan dibacakan manaqib ini, yakni riwayat
dan sejarahnya perjuangan Syaikh Abdul Qodir AL Jailani Senantiasa
Allah SWT melimpahkan keberkahannya kepada kita sekalian, terutama
kepada Shohibul Hajat (……) dimudahkan rizki yang halal, dijauhkan dari
malapetaka dunia dan akhirat, diterima segala niat dan maksud kita, dimudahkan
urusan kita yang berhubungan dengan dunia dan akhirat, Amiin Yaa Robbal
‘aalamiin.
Adapun diantara manaqib Syaikh Abdul Qodir Al
Jailani sebagai berikut:
1. MUHARROM
Manqobah Ke-39 : Setiap
Datang Tahun Baru, Memberitahu Kepada Syaikh Abdul Qodir Peristiwa Yang Akan
Terjadi Pada Tahun Itu
Diriwayatkan di dalam
kitab "Bahjatul Asror" bahwa Syaikh ‘Abdul Qodir pada suatu saat
terbang melayang-layang diatas ribuan manusia di majlis pengajian yang beliau
pimpin, beliau Bersabda:
"Tiada terbit
matahari melainkan mengucapkan salam kepadaku, pada setiap datang tahun selalu
memberi salam kepadaku, dan memberitahukan yang akan terjadi pada tahun itu.
Pada setiap datang bulan, memberi salam kepadaku dan Menceritakan apa yang terjadi
pada bulan itu. Demikian Pula setiap datang minggu dan hari, minggu dan hari
itu memberi salam kepadaku dan memberitahukan yang akan terjadi pada minggu dan
hari itu. Demi Dzat Allah Yang Maha Mulia, orang-orang yang suka dan duka
semuanya itu diberitahukan kepadaku.
Pandangan mataku selalu
di Lauhil Mahfud dan aku tenggelam dalam lautan Ilmu Alloh dan
lautan musyahadah, akulah yang menjadi Hujjah Alloh, akulah yang menjadi
pengganti Rosululloh saw. Akulah yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada
gurunya, malaikat ada gurunya, jin ada gurunya, aku guru semuanya.”
Manqobah Ke-40 : Abdul
Qodir Diberi Buku Untuk Mencatat Murid-Muridnya Sampai Hari Kiamat
Diriwayatkan di dalam
kitab "Bahjatul Asror", Syaikh Abdul Qodir pernah berkata: “Aku
diberi sebuah buku yang luasnya sejauh mata memandang untuk menuliskan
nama-nama muridku sampai hari kiamat. Semua murid itu telah Alloh berikan
Kepadaku dan telah menjadi milikku. Aku pernah bertanya Kepada malaikat Malik,
“Apakah ada dalam neraka, muridku dan sahabat-ku?” Malaikat Malik menjawab: “
tidak ada.”
Syaikh berkata:
"Aku bersumpah, demi kemuliaan Tuhanku. Tanganku atas murid-muridku
seperti langit menutup bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk, maka akulah yang
baik. Dan aku bersumpah, demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, dua telapak
kakiku tidak akan bergeser dihadapan Tuhan kecuali sudah mendapat keputusan
bahwa aku bersama-sama muridku yang masuk surga”
Lebih lanjut beliau
bersabda: “Tanganku tidak akan lepas dari kepala murid muridku, walaupun aku
sedang ada di timur dan muridku ada di barat, lalu muridku itu tersingkap
auratnya, maka tanganku akan segera menutupinya. Demi Keagungan dan Kemuliaan
Tuhanku, pada hari kiamat aku akan berdiri tegak di hadapan gerbang pintu
neraka, sekali lagi aku tidak akan bergeser sebelum muridku masuk surga karena
Alloh Yang Maha Kuasa telah menjanjikanku bahwa murid-muridku tidak akan
dimasukan ke dalam neraka. Barang siapa yang berguru serta mahabbah
kepadaku, pasti aku menghadap kepadanya, bahwa mereka dan Malaikat Munkar Nakir
telah berjanji kepadaku, bahwa mereka tidak akan menakut-nakuti murid-muridku.”
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
2. SHOOFAR
Manqobah Ke-24 :
Masyarakat Yang Menderita Penyakit Tho’un, Sembuh Dengan Rumput Dan Air
Madrasah Syaikh Abdul Qodir
Para Ulama meriwayatkan,
pernah terjadi pada jaman Syaikh Abdul Qodir bangkit wabat penyakit tho’un sehingga
berjuta orang meninggal dunia. Masyarakat beduyun-duyun datang meminta
pertolongan kepada Syaikh, beliau mengumumkan kepada mereka: "Barangsiapa
makan rerumputan Madrasahku, Alloh akan menyembuhkan penyakit yang
dideritanya.”
Karena terlalu banyak
yang sakit, rerumputan itu habis, Syaikh mengumumkan lagi : “Barangsiapa yang
meminum air Madrasahku akan segera disembuhkan Alloh SWT.” Mendengar Pengumuman
itu, para penderita penyakit beramai-ramai minum air madrasah Syaikh, seketika
itu juga mereka menjadi sembuh kembali dan penyakit tho’un pun
lenyap.
Manqodah Ke-27 : Syaikh
‘Abdul Qodir Membeli 40 Ekor Kuda Untuk Orang Sakit
Diriwayatkan, ada ada
seseorang yang bertempat tinggal agak jauh dari kota Baghdad. Terdengar berita
tentang kemasyhuran Syaikh Abdul Qodir, ia pun bermaksud akan berziarah kepada
Syaikh karena terdorong rasa mahabbah. Setibanya dilokasi kediaman Syaikh, ia
keheranan melihat istal kudanya megah Sekali, lantai istalnya dibuat dari emas
dan perak, pelananya dibuat dari sutra dewangga, kudanya 40 ekor, semuanya
bagus-bagus dan mulus-mulus, tiada bandinganya.
Terlintas dalam hatinya
prasangka yang kurang baik : “Katanya ia seorang Wali, tetapi mengapa
kenyataannya seorang pecinta dunia. Mana ada seorang wali mencintai dunia?
tidak pantas diberi gelar Waliyulloh.” Niat semula untuk bertemu dengan
Syaikh, seketika itu juga dibatalkan, lalu ia bertamu kepada orang lain dikota
itu.
Beberapa hari kemudian
ia jatuh sakit sangat parah, tidak ada seorang dokter pun dikota itu yang mampu
mengobatinya. Ada seorang paranormal beragama Nasroni yang memberi petunjuk,
“Penyakitnya itu tidak bisa sembuh kecuali dengan hati kuda, dengan syarat
kudanya harus seperti yang dimiliki oleh Syaikh Abdul Qodir, beliau seorang
yang sangat dermawan, pasti mau menolong,”
Setiap hari disembelih
seekor untuk diambil hatinya selama empat puluh hari, sehingga 40 kuda habis
semuanya. Dengan empat puluh kuda itu, sembuhlah orang itu seperti sedia kala.
Dengan rasa syukur yang tiada terhingga diiringi rasa Malu, ia datang menghadap
Syaikh mohon ampunan. Syaikh Berkata: “Untuk kamu ketahui, sejumlah kuda yang
ku beli itu sebenarnya untukmu, karena aku tahu kamu akan mendapat musibah,
menderita penyakit yang tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh hati
kuda. Aku tahu maksudmu semula, kamu datang mau berziarah kepadaku semata-mata
didorong rasa cinta kepadaku, namun kamu berprasangka buruk kepadaku sehingga
kamu bertamu kepada orang lain”. Setelah mendengar penjelasan itu, ia merasa
bersalah dan segera bertobat, lalu Syaikh meluruskan niatnya dan memantapkan
keyakinannya. Dan paranormal itu masuk Islam
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
3. ROBI’UL AWAL
Manqobah Ke-3 :
Kecerdasan Syaikh Abdul Qodir Waktu Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu,
Syaikh Abdul Qodir berusaha memilih guru-guru yang ahli dalam bidangnya, beliau
mempelajari dan memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu.
Seluruh gurunya
mengungkapkan tentang kecerdasannya. Beliau belajar Ilmu Fiqih dari Abil Wafa
‘Ali bin ‘Aqil, Abi ‘Ali Khothob al-Kalwadani dan Abi Husein Muhammad ibnil
Qodli. Ilmu adab dari Abi Zakaria at-Tabrizi. Ilmu Thoriqot dari Syaikh Abil
Khoir Hammad bin muslim bin Darwatid Dibas. Shufiahnya dari Abi Said Al
Mubarok.
Sejak itu beliau terus-menerus
meraih pangkat yang sempurna berkat rahmat Alloh Yang Maha Esa, sehingga beliau
menduduki pangkat tertinggi dalam kewalian. Dengan semangat juang yang tinggi
disertai tekad yang kuat beliau berusaha mengekang serta mengendalikan hawa
nafsu. Beliau berkholwat di Irak dua puluh lima tahun lamanya tidak berjumpa
dengan orang.
Manqobah Ke-4 : Budi
Pekerti Syaikh Abdul Qodir
Syaikh Abdul Qodir Al
Jailani sangat takut kepada Alloh SWT, oleh karena itu beliau mudah terharu
serta mudah mengeluarkan air mata. Doanya dikobul Alloh. Beliau seorang
dermawan, jauh dari keburukan dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan
kokoh dalam mempertahankan hak, tegas dalam menghadapi kemungkaran. Pantang
menolak orang yang meminta-minta walupun yang dimintanya pakaian yang sedang
beliau pakai. Tidak marah karena hawa nafsu, tidak
memberi pertolongan yang bukan karena Alloh.
Beliau diwarisi akhlak
Nabi Muhammad saw, tampan Nabi Yusuf as, benar Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq
ra, adil Umar bin Khothob ra; Hilim Sayyidina Utsman bin Affan
ra, kegagahan serta keberanian sayidina Ali bin Abi Tholibkarromallohu
Wajhahu.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
4. ROBI’UTS TSANI
Manqobah Ke-51 : Wasiat
Syaikh Abdul Qodir Kepada Putranya Abdul Rozak
Syaikh Abdul Qodir telah
berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak dengan beberapa wasiat,
diantaranya :
“Wahai anakku, semoga
Alloh melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepadamu dan kepada segenap kaum
muslimin. Wahai anakku, bertawakallah kepada Alloh, pegang syara’ dan
laksanakan, dan pelihara batas-batasnya. Ketahui bahwa Thoriqotku dibangun
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh saw. Hendaknya kamu berjiwa bersih,
dermawan, murah hati dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan
jalan kebaikan. Jangan keras hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu
bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan. Hendaknya kamu
mengampuni kesalahan orang lain dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan
semua fakir miskin.
Perihara olehmu
kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah kepada orang lain, beri nasihat yang
baik kepada orang-orang besar tingkat kedudukanya, demikian pula bagi
masyarakat kecil. Jangan suka berbantah-bantahan dengan orang lain kecuali
dalam masalah agama.
Ketahuilah bahwa hakikat
kemiskinan adalah perlu kepada orang lain, dan hakikat tidak perlu kepada orang
lain. Tasawwuf dicapai dengan jalan lapar dan pantangan dari hal-hal yang
disukai dan dihalalkan, dan tidak banyak bicara, jika kamu berhadapan dengan
orang faqir, jangan dimulai dengan ilmu, sebab akan menjauh denganmu.
Sebaiknya, hendaklah dimulai dengan kasih sayang, bersikap lembutlah
terhadapnya, membuatnya lebih dekat padamu.
Tasawwuf dibangun diatas
delapan hal yakni; 1. Dermawan, 2. Ridlo, 3.
Sabar, 4. ‘Isyaroh, 5. Mengembara, 6.
Berbusana bulu, 7. Pecinta alam, dan
faqir. Dermawan Nabi Ibrohim, ridho Nabi Ishaq,
sabar Nabi Ayyub, Isyarohnya Nabi Zakaria, mengembara seperti Nabi
Yusuf, berbusana wool seperti Nabi Yahya, pecinta alam Nabi Isa, dan kefakiran
Nabi Muhammad saw.
Bila kamu berkumpul
bersama orang kaya, perlihatkan kegagahanmu, kerendahan hati bila berkumpul
dengan orang miskin. Hendaknya kamu ikhlas dalam setiap perbuatan. Seharusnya
selalu mengingat Alloh. Jangan berprasangka buruk Kepada Alloh. Harusnya
berserah diri kepada Alloh dalam segala perbuatan. Jangan menggantungkan diri
kepada orang lain, walaupun keluarga walaupun teman sejawat. Layani faqir
miskin dengan 3 hal; pertama, tawadhu’; kedua, budi pekerti; dan ketiga,
kebeningan hati.
Perhatikan olehmu bahwa
yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang paling budi pekertinya. Dan
amal yang paling utama ialah memelihara hati dari melirik kepada
selain Alloh.
Bila bergaul dengan
orang miskin, berwasiatlah dengan kebenaran dan kesabaran. Cukup
bagimu dari dunia itu dua hal: pertama, bergaul dengan orang miskin, kedua
menghormati wali. Selain dari pada Alloh, segala sesuatu itu jangan dipandang
cukup, gagah kepada yang dibawahmu adalah pengecut, gagah terhadap sesuatu
adalah lemah dan gagah kepada orang yang lebih tinggi kedudukanya adalah
sombong. Ketahuilah bahwa Tasawwuf dan fakir merupakan Dwi Tunggal kebenaran
yang hakiki, bukan main-main, oleh karena itu jangan dicampur dengan
main-main".
Demikian wasiat ayah,
semoga Alloh melimpahkan taufiq dan hidayahnya kepadamu dan kepada murid-murid,
atau kepada siapapun yang mendengar wasiat ini, semoga dapat mengamalkanya
dengan syafa’at junjungan kita Nabi Muhammad SAW, amin ya Robbal
‘alamin.
Manqobah Ke-53 : Syaikh
Abdul Qodir Wafat
Menjelang akhir
hayatnya, Malaikat Ajro’il datang mengunjungi Syaikh dikala matahari akan
terbenam membawa surat dari Alloh SWT untuk Syaikh dengan alamat sebagai
berikut: "Yashilu hadzal maktubi minal muhibbi ilal mahbubi"
(Surat ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada Wali yang dikasihi).
Kemudian surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid
Abdul Wahhab. Setelah diterima, masuklah ia bersama Malaikat Ajro’il. Sebelum
surat dihanturkan kepada Syaikh, beliau sudah mengerti bahwa beliau akan
berpindah ke alam ‘uluwi, alam tinggi yakni meninggal Dunia.
Syaikh bersabda kepada
putra-putranya: “Jangan mendekat, karena lahiriyahku bersama-sama dengan kamu,
sedang bathiniyahku bersama selain kamu, dan perluas ruangan ini karena hadir
selain dari padamu, tunjukan sopan santunmu.”
Siang dan malam, tak
henti-hentinya beliau mengucapkan :
"Wa’alaikumus
salaam wa rohmatullohi wa barokatuh. Ghofarolloohu lii walakum,
taaballohu ‘alayya wa ‘alaikum,Bismillahi ghoyri muudiina. Wadkhulu
fi shoffil awwali, idzan ajii’u ilaykum, rifqon rifqon wa ‘alaikumus
salaamu ajii’u ilaykum,Qifuu ataahul haqqu wa sakarotul mawti.
Beliau berpesan :
“Jangan ada yang menanyakan apapun kepadaku setelah aku bolak-balik dalam
lautan Ilmu Alloh”, lalu membaca :
Ista’antu bilaa ilaaha
illallohu, Subhaanahu wa ta’aala wal hayyil ladzi
laa yakhsal fawtu, Subhana man ta’azzaza bil qudroti waqoharo
ibaadahu bil mawti laa ilalaha illallohu Muhammadur Rosulullahi,
ta’azzaza, ta ‘azzaza Allohu Allohu Allohu.
Terdengar suara nyaring,
lalu suaranya lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah Ridwanullohu
'alaihi.
Syaikh wafat pada malam
Senin ba’da ‘Isya, tanggal 11 Robi’ul Akhir tahun 561 Hiriyah (1166 Masehi)
pada usia 91 Tahun.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
5. JUMADIL ULA
Manqobah Ke-35 : Syaikh
Ahmad Kanji Menjadi Murid Syaikh Abdul Qodir Atas Petunjuk Gurunya
Diriwayatkan, pada suatu
hari Syaikh Ahmad kanji sedang mengambil wudhu, terlintas dalam hatinya bahwa
thoriqot Syaikh Abdul Qodir itu lebih disukai dari pada thoriqot-thoriqot
lainya. Gurunya yaitu Syaikh Abi Ishak Maghribi mengetahui pula apa yang
terlintas dalam hati muridnya, lalu beliau bertanya : “ Apakah kamu mengetahui
kedudukan Syaikh Abdul Qodir?” Dijawab oleh Syaikh Ahmad Kanji: “Saya tidak
tahu”. Lalu gurunya menjelaskan: “Syaikh Abdul Qodir itu memiliki dua belas
sifat. Kalau lautan dijadikan tintanya dan pepohonan dijadikan penanya,
manusia, malaikat dan jin sebagai penulisnya, maka tidak akan mampu menulis
satu sifat pun.”
Mendengar penjelasan
dari gurunya itu, ia makin bertambah mahabbah kepada Syaikh Abdul Qodir,
hatinya berbisik: “Satu harapanku, tidak meninggal dunia sebelum aku menjadi
muridnya.”
Kemudian dengan kemauan
yang keras berangkatlah ia menuju kota Baghdad. Setibanya disebuah gunung di
wilayah Ajmir yang dibawahnya mengalir sungai, ia mengambil air wudlu untuk
sholat. Didalam keadaan antara tidur dan tidak, ia dikunjungi Syaikh Abdul Qodir,
beliau membawa mahkota merah dan sorban hijau. Syaikh Ahmad Kanji berdiri
menghormati kedatangannya: “Mari kesini lebih dekat”, kata beliau sambil
mengenakan mahkota merah dan sorban hijau diatas kepalaku, lalu bersabda:
"Wahai Ahmad Kanji, sekarang kamu sudah menjadi muridku dan menjadi anakku
dan menjadi Rijalulloh (laki-laki Alloh).” Lalu beliau
menghilang, mahkota dan sorban sudah melekat terpakai diatas kepalaku, lalu ia
sujud syukur atas nikmat Alloh yang telah diterimanya.
Kemudian ia pulang kegurunya
sambil memperlihatkan mahkota merah dan sorban hijau hadiah dari Syaikh Abdul
Qodir dan menceritakan peristiwa yang dialaminya. Gurunya berkata: “Wahai Ahmad
Kanji, mahkota dan sorban itu adalah khirqohbagimu, kamu sangat
dikasihi Syaikh Abdul Qodir, sekarang berdirilah dengan tegak, kamu telah
menjadi wali yang utama". Dengan mengharap keberkahannya, Syaikh Abi Ishak
Maghribi memakai mahkota dan sorban itu dikepalanya, lalu diserahkan kembali
kepada Syaikh Ahmad Kanji.
Manqobah ke-36 : Syaikh
Ahmad Kanji Menjunjung Kayu Bakar Di Atas Kepalanya
Pekerjaan Syaikh Ahmad
kanji adalah mencari kayu bakar untuk memasak roti bagi para faqir. Setelah
mengenakan mahkota dari Sayyid Abdul Qodir, gurunya bekata: “Sekarang engkau
tidak layak mencari kayu bakar sebab kepalamu sudah dimahkotai dengan mahkota
yang mulia”. Namun Syaikh Ahmad Kanji memohon izin dari gurunya
untuk mencari kayu bakar. Ujar gurunya: “Ya kalau begitu, terserah kamu".
Iapun berangkat ke gunung mengumpulkan kayu bakar lalu diikat.
Waktu akan dipikul, kayu
bakar itu melayang diatas kepala Syaikh Ahmad Kanji kira-kira sehasta dari
kepalanya. Lantas Syaikh Ahmad Kanji pulang ke gurunya. Kayu bakar terus
melayang mengikuti Syaikh Ahmad.
Setibanya ditempat
Syaikh Abi Ishak Maghribi, gurunya itu berkata : “Nah Syaikh Ahmad, apa kataku,
kamu tidak pantas lagi memikul kayu bakar, sebab sudah ditempati mahkota dan
sorban mulia. Mulai sekarang, sudahlah jangan mencari kayu bakar. Engkau oleh
Sayyid Abdul Qodir sudah ditunjuk ke pangkat Rijalulloh.”
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
6. JUMADITS
TSANIYAH
Manqobah Ke-15 : Nama
Syaikh Abdul Qodir Seperti Ismul A’zhom
Diriwayatkan di dalam
kitab Haqo’iqul Haqo’iq, ada seorang perempuan datang menghadap
Syaikh Abdul Qodir mengadukan hal anaknya, “Saya mempunyai seorang anak, kini
ia hilang tenggelam ke dalam laut, saya yakin tuan Syaikh bisa mengembalikan
anak saya hidup kembali, saya mohon pertolongan Tuan. “Mendengar perempun itu,
Syaikh berkata “Sekarang kamu pulang, anakmu sudah ada di rumahmu”. Perempuan
itu pulang dengan tergesa-gesa, setibanya dirumah, anaknya itu belum ada.
Segera ia menghadap lagi
kepada Syaikh sambil menangis melaporkan bahwa anaknya itu belum ada. Syaikh
berkata, “Sekarang anakmu sudah ada di rumahmu, sebaiknya kamu segera
pulang". Perasaan rindu pada anaknya menggebu-gebu, namun setibanya di
rumah, anaknya belum ada juga.
Dengan penuh keyakinan
ia datang lagi menghadap Syaikh sambil menangis mohon anaknya hidup kembali.
Kemudian Syaikh menundukkan kepalanya dan tegak kembali sambil berkata,
“Sekarang tidak akan salah lagi, pasti anakmu sudah ada dirumah. “Dengan penuh
harapan ia pulang menuju rumahnya, anaknya sudah ada berkat karomah Syaikh
Abdul Qodir.
Mengenai peristiwa ini
Syaikh munajat kepada Alloh, “Ya Alloh, Engkau Maha Kuasa menciptakan mahluk
dengan mudah, demikian pula halnya pada waktu mengumpulkan mahluk dipadang
mahsyar hanya dalam tempo yang singkat sudah berkumpul, mengapa hanya menghidupkan
seorang saja sampai 3 kali, hamba malu oleh perempuan itu. Dan apa
hikmahnya?”. Alloh swt menjawab, “Semua ucapanmu kepada perempuan
itu tidak salah, pertama kali kamu mengatakan kepada perempuan itu anaknya
sudah ada dirumah, malaikat baru mengumpulkan tulang belulangnya yang
berserakan, dan yang kedua kalinya seluruh anggota tubuhnya baru utuh kembali
dan dihidupkan, ketiga kalinya si anak di angkat dari dasar laut dikembalikan
kerumahnya.”
Alloh berfirman:
"Wahai Abdul Qodir! Kamu jangan kecewa. Sekarang silahkan kamu minta,
pasti kuberi.” Spontan Syaikh merebahkan kepalanya bersujud sambil berkata,
“Engkau Kholiq, apa saja yang Engkau berikan akan kuterima". Lalu Alloh
memberi hadiah kepada Syaikh dan berfirman, “Barang siapa melihatmu pada hari
Jum’at, ia akan kujadikan wali, dan kalau kamu melihat tanah tentu akan menjadi
emas.” Syaikh berkata, “Ya Alloh, semua pemberian-Mu kurang begitu manfaat
bagiku, aku mohon karuniamu yang lebih bermanfaat dan lebih mulia setelah aku
tiada". Alloh swt berfirman, “Namamu dibuat seperti nama-Ku, barang siapa
menyebut namamu, pahalanya sama dengan yang menyebut nama-Ku.”
Manqobah Ke-16 : Syaikh
Abdul Qodir Menghidupkan Orang Yang Sudah Mati.
Diriwayatkan di dalam
kitab Asrorut Tholibin, Syaikh Abdul Qodir pada waktu melewati suatu tempat,
bertemu dengan seorang umat Islam sedang berdebat dengan seorang umat Nasrani.
Beliau menyikapi dengan seksama dan menanyakan apa yang menjadi sebab
perdebatan itu, kata orang Muslim: " Kami sedang membangga-banggakan Nabi
kami masing-masing, dan saya berkata padanya, Nabi Muhammad-lah yang paling
utama". Kata orang Nasrani: "Nabi Isa-lah yamg paling sempurna".
Lalu Syekh bertanya kepada orang Nasrani: "Apa yang menjadi dasar kamu
mengatakan bahwa Nabi Isa-lah lebih sempurna daripada Nabi Muhammad?".
Orang Nasrani menjawab: "Nabi Isa bisa menghidupkan orang yang sudah
mati". Syekh berkata lagi: "Kamu tahu aku bukan Nabi, aku hanya
pengikut Nabi Muhammad saw? Kalau aku bisa menghidupkan orang yang sudah mati,
kamu bersedia untuk beriman kepada Nabi Muhammad saw ?". "Baik, saya
mau beriman dan masuk agama Islam", jawab orang Nasrani itu. "Kalau
begitu, mari kita mencari kuburan". Lanjut Syaikh.
Setelah mereka menemukan
sebuah kuburan tua, sudah berusia lima ratus tahun, lalu Syaikh mengulangi lagi
pertanyaannya: "Nabi Isa kalau menghidupkan orang yang sudah mati
bagaimana caranya?". Orang Nasrani menjawab: "Beliau cukup dengan
mengucapkan QUM BIIDZNILLAH (Bangunlah dengan Izin Alloh)". "Nah
sekarang kamu perhatikan dan dengarkan baik-baik !", kata Syekh, lalu
beliau menghadap ke kuburan tadi sambil mengucapkan: "QUM BIIDZNII
(Bangunlah dengan izinku)". Kuburan terbelah dua, keluarlah mayat itu
sambil bernyanyi. Konon pada waktu hidupnya ia seorang penyanyi. Melihat dan
menyaksikan peristiwa tersebut, orang Nasrani itu berubah keyakinan menjadi
beriman kepada Nabi Muhammad saw dan masuk agama Islam.
Manqobah Ke-17 : Syekh
Abdul Qodir Merebut Ruh Dari Malakul Maut
Abu Abbas Ahmad Rifa'i
meriwayatkan : Ada seorang pelayan Syaikh Abdul Qodir yang meninggal dunia,
kemudian isterinya datang menghadap beliau mengadukan halnya sambil menangis.
Karena ratapnya itu, Syaikh menundukkan kepala bertawajjuh kepada Alloh, ketika
itulah beliau melihat malaikat maut sedang kelangit membawa keranjang maknawi penuh
dengan ruh-ruh manusia yang baru selesai dicabut pada hari itu. Kemudian beliau
meminta kepada malaikat maut supaya menyerahkan nyawa muridnya. Permintaan itu
ditolak oleh malaikat maut. Lalu beliau merebut keranjang maknawi itu, dan
tumpahlah semua nyawa yang ada di dalamnya dan kembali ke jasadnya
masing-masing.
Menghadapi kejadian ini
malaikat unjuk pihatur kepada Alloh swt : "Ya Alloh, Engkau Maha
Mengetahui tentang kekasih-Mu dan wali-Mu Abdul Qodir". Alloh berfirman :
"Memang benar, Abdul Qodir itu kekasih-Ku, karena tadi nyawa pelayannya
tidak kamu berikan, akibatnya seluruh ruh itu terlepas, dan sekarang kamu
menyesal karena kamu tidak memberikannya".
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
7. ROJAB
Manqobah Ke-11 : Telapak
Kaki Nabi Muhammad SAW Memijak Pundak Syaikh Abdul Qodir Pada Malam Mi'roj
Syaikh Rosyidin Al-Junaidi
meriwayatkan, pada malam Mi'roj, malaikat datang menghadap Rosululloh saw
membawa buroq. Kakinya bercahaya laksana bulan dan paku telapak kakinya
bersinar seperti sinar bintang.
Dikala buroq itu
dihadapkan kepada Rosululloh saw ia tidak bisa berdiam dan kakinya
bergoyang-goyang seperti. Rosululloh Saw. bertanya " Mengapa kamu tidak
diam? Apa kamu tidak mau kukendarai?". Buroq menjawab: "Demi nyawa
hamba yang menjadi penebusnya, hamba tidak menolak, namun ada satu permohonan,
yaitu ketika engkau, Rosululloh saw akan masuk surga, tidak menunggangi yang
lain." Rosululloh SAW. menjawab: "baik, permintaanmu akan
kukabulkan".
Buroq itu masih
mengajukan permohonannya: "Hendaknya tangan yang mulia memegang pundak
hamba sebagai tanda bukti nanti pada hari kiamat". Lalu dipegangnya pundak
buroq itu oleh Rosululloh saw. Karena gejolak rasa gembira, jasad buroq itu
tidak cukup untuk menampung ruhnya, badannya menjadi empat puluh hasta tingginya.
Rosululloh terpaku sebentar melihat badan buroq itu menjadi tinggi, terpaksa
Rosululloh saw memerlukan tangga.
Saat itu juga, datanglah
Ghoutsul A'zhom Syaikh Abdul Qodir Al Jailani bertekuk lutut di hadapan
Roasululloh saw sambil berkata: "Silahkan pundak hamba dijadikan
tangga". Rosululloh saw memijakkan kakinya pada pundak Syaikh, dan lalu
Rosululloh saw naik buroq. Di saat itu Rosululloh Saw bersabda:
"Sebagaimana telapak kakiku menginjak pundakmu, maka telapak kakimu akan
menginjak pundak para waliyulloh".
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
8. SYA'BAN
Manqobah Ke-7 :
Kebiasaan Syaikh Abdul Qodir Setiap Malam Digunakan Untuk Ibadah Sholat Dan
Dzikir
Syaikh Abu Abdillah
Muhammad al-Hirowi meriwayatkan:"Aku berkhidmat mendampingi Syaikh Abdul
Qodir selama empat puluh tahun. Selama itu aku menyaksikan beliau sholat Shubuh
dengan wudhu 'Isya, Seusai sholat lalu Syaikh masuk kholwat sampai waktu sholat
Shubuh. Para pejabat pemerintah banyak yang datang untuk bersilaturrahmi, tapi
kalau datangnya malam hari tidak bisa bertemu dengan belia, terpaksa mereka
menunggu sampai waktu Shubuh.
Pada suatu malam saya
mendampingi beliau, sekejap pun aku tidak tidur, aku menyaksikan sejak sore
harinya beliau melaksanakan sholat-sholat dan pada malam harinya dilanjutkan
dengan berzikir melewati sepertiga malam lalu beliau membaca :
اَلْمُحِيْطُ اَلرَّبُّ اَلشَّهِيْدُ اَلْحَسِيْبُ
اَلْفَعَّالُ اَلْـخَلَّاقُ اَلْـخَالِقُ اَلْبَارِئُ اَلْمُصَوِّرُ
Al Muhiithu Ar Robbu Asy
Syahiidu Al Hasibu Al Fa’aalu Al Khollaaqu Al Khooliqu Al Baari’u Al Mushowwiru
Tampak badannya mengecil
sampai kecil sekali, lalu badannya membesar lagi dan meninggi sampai tinggi
sekali hingga tidak nampak dari pandanganku. Kemudian beliau muncul lagi
berdiri melakukan sholat dan sujudnya lama sekali.
Demikianlah beliau
beribadah semalam suntuk, setelah dua pertiga malam beliau menghadap kiblat
sambil membaca doa-doa, tiba-tiba terpancar sinar menyoroti beliau sehingga
badannya diliputi sinar dan tidak henti-hentinya terdengar suara yang
mengucapkan salam sampai terbit fajar.
للّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ وَالرِّضْوَانَ ۞
وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
9. ROMADHON
Manqobah Ke-2: Beberapa
Macam Tanda Kemuliaan Pada Waktu Syaikh Abdul Qodir Dilahirkan
Sayid Abu Muhammad Abdul
Qodir Jaelani dilahirkan di Naif Jailan Irak pada tanggal 1 Romadhon 470
Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul
Akhir 561 Hijriyah, bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia 91 tahun. Beliau
dikebumikan di Baghdad, Irak.
Pada malam Syaikh di
lahirkan ada lima karomah :
1. Ayahnya,
yaitu Abi Sholih Musa Janaki, pada malam hari bermimpi dikunjungi Rosululloh
saw diiringi para Sahabat dan Imam Mujtahidin dan para wali. Rosululloh
bersabda kepada Abi Sholih Musa Janaki: "Wahai Abi Sholih, engkau akan
diberi putra oleh Alloh. Putramu akan mendapat kedudukan yang tinggi di atas
para wali sebagaimana kedudukanku diatas para nabi, dan anakmu itu termasuk
anakku juga, kesayanganku dan kesayangan Alloh".
2. Setelah
Rosululloh saw, para Nabi yang lainpun datang menghibur ayah Syaikh Abdul Qodir
: "Engkau akan mempunyai putra yang akan menjadi Sulthonul Auliya, seluruh
wali Alloh selain Imam Ma'shum, di bawah pimpinannya".
3. Syaikh
Abdul Qodir sejak dilahirkan pada siang hari bulan Romadhan menolak untuk
menyusu. Menyusunya setelah waktu berbuka puasa.
4. Di
belakang pundak Syaikh Abdul Qodir nampak bekas telapak kaki Rosululloh saw
ketika beliau akan menunggangi buroq pada malam Mi'raj.
5. Beliau
diliputi cahaya sehingga tidak seorangpun yang mampu melihatnya. Sedang usia
ibunya waktu itu 60 tahun, ini juga sesuatu hal yang luar biasa.
Manqobah Ke-32: Syaikh
Abdul Qodir Berbuka Puasa Di Rumah Murid-Muridnya Pada Satu Waktu Yang
Bersamaan
Diriwayatkan, pada suatu
hari pada bulan Romadhon, Syaikh Abdul Qodir diundang berbuka puasa oleh
murid-muridnya sebanyak tujuh puluh orang di rumahnya masing-masing. Mereka
berkeinginan agar Syaikh berbuka puasa di rumahnya. Mereka tidak mengetahui
bahwa masing-masing dari mereka mengundang Syaikh untuk berbuka puasa pada
waktu yang bersamaan.
Tiba waktunya berbuka
puasa, Syaikh berbuka puasa di rumah beliau, detik itu pula rumah muridnya yang
tujuh puluh orang itu masing-masing dikunjunginya dan berbuka puasa tepat pada
waktu yang sama.
Peristiwa ini di kota
Baghdad sudah masyhur di kalangan masyarakat dan sudah menjadi buah bibir
masyarakat dalam setiap pembicaraan dan pertemuan.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ وَالرِّضْوَانَ ۞
وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
10. SYAWAL
Manqobah Ke-22 : Syaikh
Abdul Qodir Setiap Tahun Membebaskan Hamba Sahaya Dari Perbudakan, Serta Nilai
Busana Yang Beliau Pakai
Sebagian kitab manaqib
meriwayatkan, sudah menjadi tradisi bahwa setiap Hari Raya Syaikh
Abdul Qodir membeli beberapa hamba sahaya untu dimerdekakan dari belenggu
perbudakan. Kemudian Syaikh mengantarkan mereka agarwushul kepada
Alloh swt.
Dan apabila Syaikh Abdul
Qodir berpakaian, beliau memakai pakaian yang serba indah, bagus dan mahal
harganya. Nilai kainnya seharga seharga 10 dinar per elonya (0,688 m), dan
tutup kepalanya seharga 70 ribu dinar. Terompahnya diteratas intan
berlian dan jamrud. Paku terompahnya terbuat dari perak.
Namun pakaian yang serba
mewah itu bila ada orang yang memerlukannya, saat itu juga beliau berikan.
Manqobah Ke-33: Syaikh
Abdul Qodir Menyelamatkan Muridnya, Seorang Wanita Dari Pengkhianatan Lelaki
Jahat
Diriwayatkan, di kota
Baghdad ada seorang wanita cantik. Sebelum ia menjadi murid Syaikh Abdul Qodir,
ada seorang lelaki fasik, hidung belang, dan tuna susila menaruh perhatian pada
wanita itu, namun cintanya tidak dibalas. Lelaki itu pun tak henti-hentinya
berusaha mencari jalan untuk melakukan niat jahatnya.
Pada suatu hari, wanita
itu berangkat menuju sebuah gua di suatu gunung untuk berkholwat dengan tujuan
ibadah. Tanpa ia ketahui bahwa ia sedang diintai oleh lelaki tadi. Ketika
wanita itu tiba di dalam gua, si lelaki jahat itu masuk, dengan sekuat tenaga
ia mau memperkosa wanita itu, wanita itu pun berusaha menghindar dari kejahatan
lelaki tersebut sambil berteriak memanggil-manggil Syaikh Abdul Qodir: "Ya
Syaikh Tsaqolain, Ya Ghoutsal A'zhom, Ya Syaikh Abdul Qodir, tolonglah
saya!", demikianlah wanita itu bertawassul dan beristighotsah.
Waktu itu Syaikh sedang
mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat di madrosahnya, lalu dilepasnya
sepasang bakiak Syaikh, dilemparkan kearah gua dan tepat mengenai kepala lelaki
jahat itu. Di kala laki-laki jahat itu akan melakukan aksinya, bertubi-tubi
sepasang bakiak memukul, menampar lelaki itu dengan pukulan-pukulan yang
mematikan dan seketika itu juga ia mati. Wanita itu segera mengambil sepasang
bakiak milik Syaikh, alu diserahkannya kepada Syaikh. Kemudian ia mengucapkan
terima kasih atas pertolongannya.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan
11. DZULQO'DAH
Manqobah Ke-31: Syaikh
Abdul Qodir Berziarah Ke Makam Rosululloh Saw Dan Mencium Tangan Beliau
Pada waktu Syaikh Abdul
Qodir berziarah ke makam Rosululloh saw di Madinah Munawwaroh, setibanya di
sana beliau langsung masuk ke makam Rosululloh saw yaitu Hujroh Syarifah.
Selama empat puluh hari beliau bermukim di hadapan makam Rosululloh saw, kedua
tangannya diletakkan pada dadanya sambil bermunajat mengharap rahmat Alloh,
menumpahkan isi hati nuraninya dengan makna dari bait dibawah ini :
ذُنُوْبِي كَمَوْجِ
الْبَحْرِ بَلْ هِيَ اَكْثَرُ ۞ كَمِثْلِ الْجِبَالِ الشَّامِّ بَلْ هِيَ اَكْبَرُ
وَلَكِنَّهَا عِنْدَ
الْكَرِيْمِ اِذَا عَفَا ۞ جُنَاحٌ مِنَ الْبُعُوْضِ بَلْ هِيَ اَصْغَرُ
dzunubi kamaujil bahri
bal hiya aktsaru # kamitslil jibalis Syummi bal hiya akbaru
walakinnaha 'indal
karimi idza 'afaa # janahum minal bu'uudhi bal hiya ashghoru
Artinya: "Besar dosaku,
seperti gulungan ombak dilaut, bahkan lebih besar;
Tinggi, setinggi puncak
gunung Syam, bahkan lebih tinggi lagi.
Namun bila daku Kau
ampuni ringan dosaku; Seringan sayap nyamuk, kecil bahkan sekecil amat
sangat".
Lalu beliau meneruskan
munajat pengharapannya dengan bait dibawah ini:
فِي حَاَلِة الْبُعْدِ
رُوْحِي كُنْتُ اُرْسِلُهَا ۞ تُقَبِّلُ الْأَرْضَ عَنِّي وَهِيَ نَائِبَتِي
وَهَذِهِ نَوْبَةُ
الْأَشْبَاحِ قَدْ حَضَرَتْ ۞ فَامْدُدْ يَمِيْنَكَ كَي تَحْظَى بِهَا شَفَتِي
fii halatil bu'di ruuhii
kuntu ursiluhaa # tuqobbilul ardho 'anni wahya naibaatii
Wahadzihi naubatul
asybaahi qod hadhorot # Famdud yamiinaka kai tahzho bihaa syafatii
Artinya: "Kala jauh
dari kekasih, ku utus roh pengganti diri, Ulurkan tanganmu kini kasih,
Kan kukecup sepuas hati,
untuk terima syafaat kekasih".
Selesai beliau meluapkan
isi hati nuraninya, tangan Rosululloh saw yang mulia terulur keluar lalu
dipegang, diciumnya sepuas hati dan diletakkan pada ubun-ubun Syaikh.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا
بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur 'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi
Asroorihi Fii Kulli Waqti Wamakaan
12. DZULHIJJAH
Manqobah Ke-8 : Berlaku
Benar Adalah Dasar Hidup Syaikh Abdul Qodir
Diriwayatkan, Syaikh
Abdul Qodir ditanya oleh seorang ikhwan, "Apakah pedoman dalam pandangan
hidup ber'amal?".
عَلَى الصِّدْقِ وَمَا
كَذِبْتُ قَطٌّ
'Alas shidqi wa maa
kadzibtu qoththu
Beliau menjawab:
"Bagiku wajib benar pantang untuk berdusta." Diriwayatkan, pada waktu
Syaikh menginjak usia muda belia, berusia 18 tahun. Pada suatu hari yaitu hari
Arafah bagi kaum muslimin yang naik haji atau sehari sebelum 'Iedul Adha,
beliau pergi ke padang rumput menggembalakan seekor unta. Ditengah perjalanan
unta tersebut menoleh ke belakang dan berkata kepada beliau : "Hei Abdul
Qodir, kamu tercipta bukan sebagai penggembala unta." Peristiwa itu
mengejutkan Syaikh, dan beliau kembali pulang. Sekembali di rumahnya, beliau
naik ke atap rumahnya, dan dengan mata bathinnya beliau melihat suatu majelis
yang amat besar di Arafah. Setelah itu Syaikh datang menemui ibunya dan berkata
: "Wahai Ibunda tercinta, tadi sewaktu saya menggembala unta, si unta
berkata padaku dengan bahasa manusia yang fasih ; 'Hei Abdul Qodir, kamu tercipta
bukan sebagai penggembala unta', karenanya bila bunda mengizinkan, saya ingin
mesantren ke negeri Baghdad." Seperti telah diketahui umum, pada waktu itu
Baghdadlah pusat pengetahuan agama Islam. Ketika Ibunya mendengar permohonan
puteranya, maka keluarlah air matanya, mengingat ia sudah tua dan suaminya,
yakni Ayahanda Syaikh Abdul Qodir sudah lama meninggal dunia; timbul pertanyaan
di hati Sang Bunda: apakah aku akan bertemu lagi dengan puteraku tercinta? Akan
tetapi karena Sang Ibu adalah seorang wanita yang bersih hati, maka ia tidak
menghalangi niat mulia Sang Putra. Lalu Sang Ibu berkata: "Baiklah wahai
anakku, bila memang tekadmu sudah bulat, Ibu mengizinkanmu mesantren ke
Baghdad, ini Ibu sudah mempersiapkan uang 40 dinar yang ibu jahit dalam bajumu,
persis dibawah ketiak bajumu. Uang ini adalah peninggalan Almarhum Ayahmu.
Namun sebelum berpisah, Ibu ingin agar kau berjanji pada ibu, agar jangan
pernah kau berdusta dalam segala keadaan." Syaikh Abdul Qodi rpun
mempersembahkan janjinya pada Sang Bunda : "Saya berjanji untuk selalu
berkata benar dalam segala keadaan, wahai ibunda". Kemudian berpisahlah
ibu dan anak tersebut dengan hati yang amat berat. Setelah beberapa hari
kafilah berangkat, dan Syaikh Abdul Qodir turut pula di dalamnya berjalan
dengan selamat, maka tatkala kafilah itu hampir memasuki kota Baghdad, di suatu
tempat, Hamdan namanya, tiba-tiba datang segerombolan perampok. Enam puluh
orang penyamun berkuda merampok kafilah itu habis-habisan. Semua perampok tadi
tidak ada yang memperdulikan, menganiaya atau bersikap bengis kepada Syaikh
Abdul Qodir, karena beliau nampak begitu sederhana dan miskin. Mereka
berprasangka bahwa pemuda itu tidak punya apa-apa. Kemudian ada salah seorang
penyamun datang bertanya "Hei anak muda, apa yang kau punyai?"
Kemudian Syaikh menjawab :" Saya punya uang 40 dinar". "Tampang
gembel gini ngaku kaya, huh,dasar!", hardik si penyamun sambil ngeloyor
pergi. Lalu si penyamun menghadap kepala rampok sambil mengadu :" Wahai
ketua , tadi ada pemuda miskin, ia mengaku mempunyai 40 dinar, namun tidak ada
satupun yang percaya." "Dasar bodoh, bukannya kalian buktikan, malah
dibiarkan, bawa pemuda itu kesini!", bentak si kepala rampok pada anak
buahnya. Lalu Syaikh di hadapkan kepada pimpinan rampok dan ditanya oleh ketua
rampok : "Hai anak muda, apa yang kau punyai?". Syaikh Abdul Qodir
menjawab: "Sudah kubilang dari tadi, bahwa aku mempunyai 40 dinar emas, di
jahit oleh ibuku di bawah ketiak bajuku, kalau kalian tidak percaya biar
kubuktikan!". Lalu Syaikh membuka bajunya dan mengiris kantong di bawah
ketiak bajunya dan sekaligus menghitung uang sejumlah 40 dinar tadi. Melihat
uang sebanyak itu, sang kepala penyamun bukannya bergembira, tapi malah diam
terpesona sejenak, lalu bertanya pada Syaikh : "Anak muda, orang lain
jangankan punya uang sebanyak ini, punya satu senpun kalau belum dipukul belum
mau menyerahkan, kenapa kamu yang punya uang sebanyak ini justru selalu jujur
kalau ditanya?". Syaikh menjawab dengan tenang: " Aku telah berjanji
pada ibuku untuk jujur dan tidak dusta dalam keadaan apapun. Jika aku berbohong
maka tidak bermakna upayaku menimba ilmu agama." Mendengar jawaban itu,
sang kepala penyamun tadi bercucuranlah air matanya, dan jatuh terduduk di kaki
Syaikh Abdul Qodir sambil berkata : "Dalam keadaan segawat ini, kau
tidak berani melanggar janji pada ibumu, betapa hinanya kami yang selama ini
melanggar perintah Tuhan, sekarang saksikan di hadapanmu bahwa kami bertobat
dari pekerjaan hina ini." Kemudian kepala perampok tadi dan anak buahnya
mengembalikan semua barang-barang hasil rampokan kepada kafilah, perjalanan
dilanjutkan sampai ke Baghdad. Anak buah perampok semua mengikuti jejak langkah
pemimpinnya. Kembalilah mereka kedalam masyarakat biasa mencari nafkah dengan
halal dan jujur. *Diriwayatkan, kepala perampok itu menjadi murid pertamanya.
اَللّٰهُمَّ انْثُرْ عَلَيْهِ الرَّحْمَةَ
وَالرِّضْوَانَ ۞ وَأَمِدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَمَكَانٍ
Alloohhummantsur
'Alaihir Rohmata war Ridhwaana # Wa amiddana Bi Asroorihi Fii Kulli Waqti
Wamakaan.
DOA
MANQOBAH ilà hadlroti sulthònul auliyå-i wa qudwatil ashfiyà-i quthbir
robànì wal ghoutsush shomadànì sayyidì assayyid 'abdul qòdir aljailànì
-alfàtihah- allòhhumma sholli wa sallim 'alà sayyidinà wa habìbìna wa syafi'ìnà
wa maulànà muhammadiw wa 'alà àlihhì wa ashhàbihhì ajma'ìna. -àmìn- allòhhumma
bi asmà-ikal husnà wa bi-asmà-i nabiyyikal mushthofà wa bi-asma-i waliyyika
'abdul qòdiril mujtabà thohhhir qulùbanà ming kulli washfiy yubà'idunà 'ang
musyàhhadatika wa mahabbatika wa amitnà 'alàs sunnati wal jamà'ati wa syarrih
bihhà shudùronà wa yassir bihhà umùronà wa farij bihhà hhumùmanà waksyif bihhà
ghumù manà waghfir bihhà dzunùbanà waqdli bihhà duyùnanà wa ashlih bihhà
ahwàlanà wa balligh bihhà åmàlanà wa taqobal bihhà taubatanaa waghshil bihhà haubatanà
wangshur bihhà hujjatanà waj 'alnà bihhà minal muttabi'ìna lisyarì'ati
nabiyyikal muttashifìna bimahabbatihhìl muhtadìna bihhadyihhì wa sìrotihhì wa
taffanà bihhà 'alà sunnatihhì wa là tahrimnà fadl-la syafà'atihhì wahsyurnà fì
zumrotihhì wa atbà'ihhìl ghurril muhajjalìna wa asy-yà'ihhis sàbiqìna wa
ash-hàbihhil yamìni yå arhamar ròhimìna.
ijin ngopi
BalasHapusRecent years have seen an upsurge in the number of people using executive resume services rather than creating their own professional resumes. So find best resume writing services here
BalasHapussemoga kita semua yang mengamal kan meski sekali allah ijin kan kami semua untuk menjadi kekasih nya dengan jalan diakui sebagai murid beliau..
BalasHapus